22.10.2010
Seminat : Refraksi & Lensa Kontak
Refraksi
Definisi
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina.
Secara umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga
menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina,
tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu
titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan
kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang
sumbu bola mata.
Ametropia adalah suatu keadaan mata dengan kelainan
refraksi sehingga pada mata yang dalam keadaan istirahat memberikan fokus yang
tidak terletak pada retina. Ametropia dapat ditemukan dalam bentuk kelainan
miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan astigmat.
Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya berasal dari jarak tak berhingga atau jauh akan
terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh tersebut didekatkan, hal
ini terjadi akibat adanya daya akomodasi lensa yang memfokuskan bayangan pada
retina. Jika berakomodasi, maka benda pada jarak yang berbeda-beda akan
terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan lensa di dalam mata untuk
mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya
pembiasan lensa yang mencembung bertambah kuat. Kekuatan akan meningkat sesuai
dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi. Refleks
akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat.
Bila benda terletak jauh bayangan akan terletak pada retina. Bila benda
tersebut didekatkan maka bayangan akan bergeser ke belakang retina. Akibat
benda ini didekatkan penglihatan menjadi kabur, maka mata akan berakomodasi
dengan mencembungkan lensa. Kekuatan akomodasi ditentukan dengan satuan Dioptri
(D), lensa 1 D mempunyai titik fokus pada jarak 1 meter.
Epidemiologi
Sekitar 148 juta atau 51% penduduk di Amerika Serikat memakai alat pengkoreksi
gangguan refraksi, dengan penggunaan lensa kontak mencapai 34 juta orang. Angka
kejadian rabun jauh meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Jumlah penderita
rabun jauh di Amerika Serikat berkisar 3% antara usia 5-7 tahun, 8% antara usia
8-10 tahun, 14% antara usia 11-12 tahun dan 25% antara usia 12-17 tahun. Pada
etnis tertentu, peningkatan angka kejadian juga terjadi walupun persentase tiap
usia berbeda. Etnis Cina memiliki insiden rabun jauh lebih tinggi pada seluruh
usia. Studi nasional Taiwan menemukan prevalensi sebanyak 12% pada usia 6
tahun dan 84 % pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga dijumpai di
Singapura dan Jepang.
Miopia
Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat
melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung)
dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang
sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
Gbr.1 : Mata Miopia
Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia
antara lain: ringan (3D), sedang (3 – 6D), berat (6 – 9D), dan sangat berat
(>9D).
Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat
jauh dan hanya jelas pada jarak tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan
mendekatkan benda yang dilihat pada mata, gangguan dalam pekerjaan, dan jarang
sakit kepala.
Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif
ukuran teringan yang sesuai untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam
mata. Biasanya pengobatan dengan kaca mata dan lensa kontak. Pemakaian kaca
mata dapat terjadi pengecilan ukuran benda yang dilihat, yaitu setiap -1D akan
memberikan kesan pengecilan benda 2%. Pada keadaan tertentu, miopia dapat
diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain keratotomi radial,
keratektomi fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar
Keratomilieusis (Lasik).
Hipermetropia
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan
di belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai
antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga
titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh
penurunan panjang sumbu bola mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi
pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif
(hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).

Gambar 2. Mata Hipermetropia
Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat
sukarnya berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan
jauh juga akan terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia muda
atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa
kesulitan, namun tidak demikian bila usia sudah 60 tahun. Keluhan akan
bertambah dengan bertambahnya umur yang diakibatkan melemahnya otot siliar
untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa. Pada perubahan usia, lensa
berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga akan
lebih terletak di belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan lensa positif
atau konveks dengan bertambahnya usia. Pada anak usia 0-3 tahun hipermetropia
akan bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.
Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di
dahi, silau, dan kadang juling atau melihat ganda. Kemudian pasien juga
mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk
melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang retina. Pasien muda
dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih mampu
melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien yang
banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia yang telah lanjut
akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa
sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.
Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa
cembung atau konveks untuk mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi
hipermetropia adalah diberikan koreksi lensa positif maksimal yang memberikan
tajam penglihatan normal. Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca
mata lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal.
Astigmatisma
Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau
tidak rata sehingga tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan
kornea atau lensa mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan
akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar
difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata
dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air
yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu
lebar atau kabur.
Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan :
melihat jauh kabur sedang melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu
atau kedua mata, melihat benda yang bulat menjadi lonjong, penglihatan akan
kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda yang dilihat berubah, mengecilkan
celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal, mata dan fisik lelah.
Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua kekuatan yang
berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kaca mata.
Presbiopia
Presbiopia adalah perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, yaitu
akomodasi untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang. Presbiopia terjadi
akibat penuaan lensa (lensa makin keras sehingga elastisitas berkurang) dan
daya kontraksi otot akomodasi berkurang. Mata sukar berakomodasi karena lensa
sukar memfokuskan sinar pada saat melihat dekat.
Gambar 3. Mata Presbiopia
Gejala presbiopia biasanya timbul setelah berusia 40
tahun. Usia awal mula terjadinya tergantung kelainan refraksi sebelumnya,
kedalaman fokus (ukuran pupil), kegiatan penglihatan pasien, dan lainnya.
Gejalanya antara lain setelah membaca akan mengeluh mata lelah, berair, dan
sering terasa pedas, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, gangguan
pekerjaan terutama di malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang
untuk membaca. Koreksi dengan kaca mata bifokus untuk melihat jauh dan dekat.
Untuk membantu kekurangan daya akomodasi dapat digunakan lensa positif. Pasien
presbiopia diperlukan kaca mata baca atau tambahan untuk membaca dekat dengan
kekuatan tertentu sesuai usia, yaitu: +1D untuk 40 tahun, +1,5D untuk 45 tahun,
+2D untuk 50 tahun, +2,5D untuk 55 tahun, dan +3D untuk 60 tahun. Jarak baca
biasanya 33cm, sehingga tambahan +3D adalah lensa positif terkuat yang dapat
diberikan.
Pemeriksaan Refraksi
Pemeriksaan refraksi terdiri dari 2 yaitu refraksi subyektif dan refraksi
obyektif. Refraksi subyektif tergantung respon pasien untuk mendapatkan koreksi
refraksi yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
Gambar 4. Pemeriksaan Mata
Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Mayoritas retinoskopi
menggunakan sistem proyeksi streak yang dikembangkan oleh Copeland.
Retinoskopi dilakukan saat akomodasi pasien relaksasi dan pasien disuruh
melihat ke suatu benda pada jarak tertentu yang diperkirakan tidak membutuhkan
daya akomodasi.
Idealnya, pemeriksaan kelainan refraksi dilakukan saat
akomodasi mata pasien istirahat. Pemeriksaan mata sebaiknya dimulai pada anak
sebelum usia 5 tahun. Pada usia 20 – 50 tahun dan mata tidak memperlihatkan
kelainan, maka pemeriksaan mata perlu dilakukan setiap 1 – 2 tahun. Setelah
usia 50 tahun, pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun.
Pencegahan
Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau
memperlambat progresi miopia, antara lain dengan:
- Koreksi
penglihatan dengan bantuan kacamata
- Pemberian
tetes mata atropin.
- Menurunkan
tekanan dalam bola mata.
- Penggunaan
lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada anak.
- Latihan
penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat.
Gejala dan
Tanda
Penderita kelainan refraksi biasanya datang dengan keluhan sakit kepala
terutama di daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat mengantuk, mata terasa
pedas, pegal pada bola mata, dan penglihatan kabur. Tajam penglihatan pasien
kurang dari normal (6/6). Ametropia pada anak dapat mengakibatkan seperti
penglihatan kabur dan juling.
Terapi
Terapi meliputi edukasi mengenai kelainan refraksi, penggunaan kaca mata tidak
menyembuhkan kelainan refraksi, meningkatkan jumlah asupan makanan yang
mengandung vitamin A, B, dan C. Kebutuhan mengkoreksi kelainan refraksi
tergantung gejala pasien dan kebutuhan penglihatan. Pasien dengan kelainan
refraksi ringan dapat tidak membutuhkan koreksi. Koreksi kelainan refraksi
bertujuan mendapatkan koreksi tajam penglihatan terbaik.
Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak
dipergunakan karena mudah merawatnya dan murah. Lensa gelas dan plastik pada
kaca mata atau lensa kontak akan mempengaruhi pengaliran sinar. Warna akan
lebih kuat terlihat dengan mata telanjang dibanding dengan kaca mata. Lensa
cekung kuat akan memberikan kesan pada benda yang dilihat menjadi lebih kecil,
sedangkan lensa cembung akan memberikan kesan lebih besar. Keluhan memakai kaca
mata diantaranya, kaca mata tidak selalu bersih, coating kaca mata
mengurangkan kecerahan warna benda yang dilihat, mudah turun dari pangkal
hidung, sakit pada telinga dan kepala.
Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang
cukup banyak dipergunakan. Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan
di dataran depan kornea untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan.
Lensa ini mempunyai diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena terapung pada
kornea seperti kertas yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik
pada permukaan kornea maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan
kornea. Permukaan belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung
kuat), flat (agak datar) ataupun normal untuk dapat menempel
secara longgar sesuai dengan kecembungan kornea. Perlekatan longgar ini akan
memberikan kesempatan air mata dengan mudah masuk diantara lensa kontak dan
kornea. Air mata ini diperlukan untuk membawa makanan seperti oksigen.
Keuntungan dibandingkan dengan kaca mata biasa antara lain:
- Pembesaran
yang terjadi tidak banyak berbeda dibanding bayangan normal
- Lapang
pandangan menjadi lebih luas karena tidak banyak terdapat gangguan tepi
bingkai pada kaca mata.
Selain itu dapat pula dilakukan pembedahan. Salah satu
terapi pembedahan yang cukup populer adalah dengan cara LASIK atau bedah dengan
sinar laser. Pada lasik yang diangkat adalah bagian tipis dari permukaan kornea
yang kemudian jaringan bawahnya dilaser. Pada lasik dapat terjadi hal-hal
berikut : kelebihan koreksi, koreksi kurang, silau, infeksi kornea, ataupun
kekeruhan pada kornea. Terapi bedah lain yang dapat dilakukan antara lain
penanaman lensa buatan di depan lensa mata, pengangkatan lensa, radikal
keratotomi dan Automated Lamelar Keratoplasty (ALK).